Bersama Timbalan Menteri KDN

Bersama Timbalan Menteri KDN

Selamat Datang Ya Akhi

Laman untuk mencurah pandangan...

Halaman

Cari Blog Ini

Jumlah Paparan Halaman

Rabu, 13 April 2011

Petikan Tafsir Al-Azhar


"Demi yang beranak, demi yang diperanakannya”.

Surah Al-Balad (Negeri) Ayat 3, Juzu’ ke-30 Surat ke-90.

Tetapi Ibnu Jarir Ath-Thabariy menyatakan dengan tegas, bahawa yang dimaksudkan dalam ayat ini nyata sekali, iaitu segala orang yang jadi ayah, dan segala anak yang diperanakkan oleh si ayah itu.

Manusia kembang di dunia ini.

Kehidupan seorang ayah di dalam mendidik anaknya berbagai ragam, berbagai rupa, berbagai perangai ; itupun satu hal yang memang patut mendapat perhatian.

Itu sebab maka “Ayah dan keturunannya” menjadi salah satu sumpah penting pula oleh Allah.

Harta benda dan anak keturunan adalah perhiasan hidup di dunia, namun yang kekal hanyalah amal yang salih jua.

Seorang ayah dapat membangga dengan banyak anak-anaknya waktu mereka masih kecil.

Tetapi setelah anak itu menjadi dewasa, belum tentu anak itu akan dapat dibanggakan.



Teringatlah saya bahawa pada tahun 1951, seketika Mohammad Natsir menjadi Perdana Menteri Republik Indonesia, di tengah hebatnya percaturan politik, Natsir mendapat percobaan.

Puteranya laki-laki terbenam hanyut sedang berenang disalah satu permandian di Jakarta, sehingga meninggal dunia.




Di antara yang datang takziah Almarhum Haji Agus Salim Faillasoof tua itu dalam bersalam menyatakan turut berdukacita telah berkata kepada Natsir :

“Tak usah saya terangkan lagi. Bersyukurlah kepada Tuhan, kerana anak ini meninggal disaat engkau masih merasa bangga dengan dia”.

Saya tafakkur mendengarkan ucapan orang tua itu.

Dan telah berlalu lebih 20 tahun sampai sekarang, kian saya renungkan maksud perkataan Failasoof besar itu.

Memang anak sebelum dia dewasa masih pasti dapat kita banggakan.

Nanti kalau dia telah dewasa dan telah bertindak sendiri dalam hidupnya, tidaklah kurang orang tua yang “makan hati berulam jantung” melihat perangai anak.

Lain yang dicitakan, lain yang tumbuh dalam hidup anak itu.

Kadang-kadang bertolak belakang.




Profesor Dr. Syaikh Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (HAMKA) dalam Tafsir Al-Azhar Juzu’ 30 halaman 140-141 terbitan Penerbit Yayasan Latimojong, Surabaya, 1984.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan